“Apa itu Hustle Culture?”

Hustle culture berasal dari dua kata dalam Bahasa Inggris, yakni hustle yang berarti terus-menerus, dan culture yang berarti budaya. Istilah ini merujuk pada gaya hidup seseorang yang senantiasa menuntut dirinya untuk bekerja produktif di mana pun dan kapan pun. Hustle Culture dapat dibilang bukan suatu fenomena yang baru. Fenomena ini sebelumnya dikenal di masyarakat sebagai “gila kerja” atau “workaholic” (Katarina dan Oktavia, 2021).

Penyebab Munculnya Hustle Culture

Lugina Setyawati, dosen Sosiologi Universitas Indonesia, menyampaikan pada Economica.id (2020) bahwasannya hustle culture muncul sebagai imbas dari percepatan kemajuan industri dan pesatnya perkembangan teknologi.

Pekerjaan yang sebelumnya hanya dapat dikerjakan di kantor atau di kampus, kini dapat dikerjakan di rumah berkat kemajuan teknologi. Terlebih lagi di situasi pandemi seperti sekarang yang memang mengharuskan kita untuk bekerja dan belajar dari rumah. Hal tersebut apabila dibiarkan berkepanjangan dapat membuat batasan antara dunia kerja dengan kehidupan personal menjadi tak jelas, sehingga work-life balance sulit untuk dicapai.

 

Hustle Culture vs. Productive Lifestyle

Hustle culture berbeda dengan gaya hidup produktif. Pada hustle culture, seseorang dituntut untuk terus menerus bekerja hingga mengesampingkan kebutuhan personal seperti makan atau hiburan. Ketika penggiat hustle culture bersantai-santai, mereka akan merasa bersalah karena tidak melakukan sesuatu hal yang mereka anggap “produktif”.

Sedangkan, gaya hidup produktif merupakan kombinasi antara kegiatan produktif dengan faktor-faktor lainnya. Dalam hal ini berarti terdapat keseimbangan antara pekerjaan dan kebutuhan personal. Ketika saatnya bekerja, maka kita akan all out dalam mengerahkan segala kemampuan kita. Namun, ketika saatnya beristirahat, maka kita juga akan memaksimalkan waktu yang ada guna memenuhi kebutuhan psikologis kita. يانصيب Manajemen waktu yang baik merupakan kunci dalam penerapan gaya hidup ini.

 

Berdampak Pada Kesehatan Mental

Hustle culture yang dipaksakan dalam jangka waktu panjang dapat membuat seseorang terlampau lelah, tidak menikmati pekerjaannya, dan pada titik yang parah dapat menyebabkan burnout. Burnout merupakan kondisi di mana seseorang tertekan secara psikologis akibat terlalu banyak bekerja. Menurut World Health Organization (WHO), burnout sudah termasuk ke dalam masalah mental (Assajjadiyyah, 2020).

 

“Apa yang sebaiknya dilakukan?”

Meraih kesuksesan memang merupakan suatu keharusan. Namun, jangan sampai personal life kita korbankan. Kenali kemampuan kita dan atur batasan antara kehidupan dengan pekerjaan. Setel alarm sebagai pengingat rehat dan alokasikan waktu untuk hiburan. Dengan begitu, kita tetap dapat mewujudkan impian tanpa harus mengesampingkan kebahagiaan. Un viagra naturel prix bas peut constituer un avantage concurrentiel du tadalafil s’ il fait partie de medicaments generiques.

Published On: May 22nd, 2021 / Categories: Kegiatan, Little Steps With GenBI, Media Kreatif / Tags: , /

Subscribe Untuk Mendapatkan Informasi Terbaru dari GenBI DIY.

Informasi terbaru dari Generasi Baru Indonesia.

Thank you for your message. It has been sent.
There was an error trying to send your message. Please try again later.

Add notice about your Privacy Policy here.